TEGALDLIMO – Pemerintah telah menetapkan kebijakan impor daging beku sebanyak 20 ribu ton untuk kebutuhan jelang idul fitri.
Kebijakan itu menuai tanggapan dari berbagai kalangan. Salah satunya dari kelompok warga yang mengatasnamakan dirinya Barisan Tani dan Nelayan (Baristan) Banyuwangi.
Kordinator Baristan Banyuwangi Arief Gipong menyebut kebijakan impor daging sangat tendesius. Karena hanya akan merugikan para peternak di daerah.
“Adanya impor jelas akan mempengaruhi nilai jual sapi, sehingga membuat peternak merugi,” ujar Arief Gipong, Senin (7/3/2022).
Arief menilai tingginya harga daging sapi saat ini bukan karena kelangkaan pasokan daging. Melainkan, juga dipengaruhi oleh tingginya harga pakan.
“Bisa juga memang mengambil momen saja. Kalau dilihat potensi ternak di negara ini cukup tinggi. Kita ambil contoh di Banyuwangi ini juga cukup banyak peternak,” katanya.
Dari pada impor daging, kata Arief, lebih baik jika anggaran bisa disalurkan untuk kepentingan lain. “Misalnya untuk subsidi pakan ternak, atau mengembangkan peternakan agar kita tidak bergantung dengan kebutuhan daging dari negara lain,” terang pemuda yang juag Wakil Ketua PAC ISNU Tegaldlimo ini.
Selain itu, lanjut Arief, anggaran impor juga bisa untuk membeli hasil ternak dari dalam negeri. “Kita melihat di daerah-daerah itu banyak peternakan sapi. Misal di NTB, NTT, Bali, Madura atau Banyuwangi sendiri juga banyak populasinya,” terangnya.
Dari kebijakan impor daging tersebut, pemerintah sebenarnya memiliki niat untuk menstabilkan harga pangan. Terutama kebutuhan saat menjelang Ramadan dan Idul Fitri. (Mad)